Pengertian Keramba Jaring Apung (KJA) adalah salah satu wadah budidaya perairan yang cukup ideal, yang ditempatkan di badan air dalam, seperti waduk, danau, dan laut. Keramba jaring apung merupakan salah satu wadah untuk penerapan budidaya perairan sistem intensif.

Prinsipnya semua jenis ikan laut dan ikan air tawar dapat dipelihara pada keramba jaring apung. Lokasi yang dipilih bagi usaha pemeliharaan ikan dalam KJA relatif tenang, terhindar dari badai dan mudah dijangkau. KJA juga merupakan proses yang luwes untuk mengubah nelayan kecil tradisional menjadi pengusaha agribisnis perikanan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi budidaya di Keramba Jaring Apung KJA

1. Faktor Teknis Arus

Adanya arus di laut disebabkan oleh perbedaan densitas masa air laut, tiupan angin terus menerus diatas permukaan laut dan pasang-surut terutama di daerah pantai .

Pasang surut juga dapat menggantikan air secara total dan terus menerus sehingga arus mempunyai pengaruh positif dan negatif bagi kehidupan biota perairan. Arus dapat menyebabkan hausnya jaringan jasad hidup akibat pengikisan atauteraduknya substrat dasar berlumpur yang berakibat pada kekeruhan sehinggaterhambatnya fotosintesa.

Pada saat yang lain, manfaat dari arus adalah menyuplaimakanan, kelarutan oksigen, penyebaran plankton dan penghilangan CO2 maupunsisa-sisa produk biota laut. Kenyataan yangtidak dapat ditoleransi terhadap kuat maupun lemahnya arus akan menghambatkegiatan budidaya laut (Ghufron dan Kordi, 2005).

Arus juga sangat penting dalamsirkulasi air, pembawa bahan terlarut dan padatan tersuspensi, sertadapat berdampak pada keberadaan organisme penempel.

Kecepatan arus perairan untuk budidaya keramba jaring apung di laut tidak boleh lebih dari 100 cm/detik (Gufron dan Kordi, 2005) dan kecepatan arus bawah 25cm/dt.

2. Faktor Kedalaman Keramba Jaring Apung

Menurut Wibisono (2005), menyatakan bahwa kedalaman suatu perairan didasari pada relief dasar dari perairan tersebut. Perairan yang dangkal kecepatanarus relatif cukup besar dibandingkan dengan kecepatan arus pada daerah yang lebih dalam (Bambang, 2011). Semakin dangkal perairan semakin dipengaruhi oleh pasang surut, yang mana daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut mempunyai tingkat kekeruhan yang tinggi.

Kedalaman perairan berpengaruh terhadap jumlahdan jenis organisme yang mendiaminya, penetrasi cahaya, dan penyebaran plankton. Dalam kegiatan budidaya variabel ini berperan dalam penentuan instalasi budidaya yang akan dikembangkan dan akibat-akibat yang
ditimbulkan olehkegiatan tersebut.

Kedalaman perairan merupakan faktor yang diperlukan dalam kegiatan baik terhadap organisme yang membutuhkan kedalaman rendah sampai cukup dalam.

Beberapa biota seperti rumput laut membutuhkan perairan yang tidak terlalu dalam dibandingkan dengan budidaya ikan kerapu dan tiram mutiara. Ikan kerapu sangat tergantung dari pakan buatan (artificial food), maka untuk menjaga terakumulasinya sisa pakan pada dasar perairan, diharapkan ada perbedaan jarak antara dasar perairan dengan dasar jaring. Akumulasi yang terjadi berupa proses dekomposisi dari sisa pakan yang menghasilkan senyawa organik. Kedalaman yang dianjurkan adalah berkisar 5-25 meter (Wibisono, 2005).

3. Faktor Fisika Suhu Air

Menurut Effendi (2003) suhu merupakan suatu badan air yang dipengaruhi oleh musim, letak lintang, ketinggian daripermukaan laut, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman daribadan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologiperairan. Peningkatan suhu udara disekitar perairan mengakibatkan peningkatanviskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatilisasi.

Perairan laut mempunyai kecenderungan bersuhu konstan. Perubahan suhu yang tinggi dalam suatu perairan laut akan mempengaruhi
proses metabolisme atau nafsu makan, aktifitas tubuh dan syaraf.

Pengaruh suhu secara tidak langsung dapat menentukan stratifikasi massa air, stratifikasi suhu di suatu perairan ditentukan oleh keadaan cuaca dan sifat setiap perairan seperti pergantian pemanasan dan pengadukan, pemasukan atau pengeluaran air, bentuk dan ukuran suatu perairan.

Suhu air yang layak untuk budidaya ikan laut adalah 27-32˚C (Sumaryanto et al,2001).

4. Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi ion yang terdapat diperairan. Salinitasmenggambarkan padatan total di air setelah semua karbonat dikonversi
menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan dengan klorida dan semua bahan organik telah dioksidasi (Effendi, 2003).

Menurut Asliyanti (2006), menyatakan bahwa salinitas mempunyai peranan penting untukkelangsungan hidup dan metabolisme ikan, disamping faktor lingkungan maupunfaktor genetik spesies ikan tersebut.

Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan, dan aliran air sungai. Di perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan pengadukan lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen sampai
kira-kira setebal 50-70 meter atau lebih tergantung dari intensitas pengadukan. Lapisan dengan salinitas homogen, maka suhu juga biasanya homogen, selanjutnya padalapisan bawah terdapat lapisan pekat dengan degradasi densitas yang besar yang menghambat pencampuran antara lapisan atas dengan lapisan bawah

Toleransi terhadap salinitas tergantung pada umur stadium ikan. Salinitas berpengaruh terhadap reproduksi, distribusi, lama hidup serta orientasi migrasi.

Variasi salinitas pada perairan yang jauh dari pantai akan relatif kecil10 dibandingkan dengan variasi salinitas di dekat pantai, terutama jika pemasukan air sungai. Perubahan salinitas tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku ikan atau distribusi ikan tetapi pada perubahan sifat kimia air laut

5. Intensitas Cahaya dan Kekeruhan

Cahaya matahari merupakan sumber energi yang utama bagi kehidupan jasad termasuk kehidupan di perairan karena ikut menentukan produktivitas perairan. Intensitas cahaya matahari merupakan faktor abiotik utamayang sangat menentukan laju produktivitas primer perairan, sebagai sumber energi dalam prosesfotosintesis (Evy, 2002).

Umumnya fotosintesis bertambah sejalan dengan bertambahnya intensitas cahaya sampai pada suatu nilai optimum tertentu (cahaya saturasi), diatas nilai tersebut cahaya merupakan penghambat bagi fotosintesis (cahaya inhibisi).

Sedangkan semakin ke dalam perairan intensitas cahaya akan semakin berkurangdan merupakan faktor pembatas sampai pada suatu kedalaman dimana fotosintesis sama dengan respirasi (Effendi, 2003).

6. Kekeruhan

Kekeruhan merupakan sifat fisik air yang tidak hanya membahayakan ikan tetapi juga menyebabkan air tidak produktif karena menghalangi masuknya sinar matahari untuk fotosintesis. Kekeruhan ini disebabkan air mengandung begitu banyak partikel tersuspensi sehingga merubah bentuk tampilan menjadi berwarnadan kotor.

Adapun penyebab kekeruhan ini antara lain meliputi tanah liat, lumpur,bahan-bahan organik yang tersebar secara baik dan partikel-partikel
kecil tersuspensi lainnya.

Tingkat kekeruhan air di perairan mempengaruhi tingkat kedalamanpencahayaan matahari, semakin keruh suatu badan air maka semakin menghambatsinar matahari masuk ke dalam air.

Pengaruh tingkat pencahayaan matahari sangat besar pada metabolisme makhluk hidup dalam air, jika cahaya matahari yang masukberkurang maka makhluk hidup dalam air terganggu, khususnya makhluk hidup pada kedalaman air tertentu, demikian pula sebaliknya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *